Saturday 27 August 2011

Bagaimana Cara Mengetahui Datangnya Malam Lailatul Qodar?

Siapa pun umat Islam tak ingin melewatkan dan meraih lailatul qodar. Betapa tidak, malam yang yang sangat istimewa sebagaimana disebutkan dalam Alquran adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu 83 tahun lebih 4 bulan (lailatul qadri khairun min alfi sahr).

Seumpama sehari orang shalat fardlu 17 rakaat, maka selama seribu bulan pahalanya identik dengan shalat 510.000 rakaat. Padahal rata-rata usia umat Muhammad berkisar 60 tahun. Kalau sehari melaksanakan shalat wajib 17 rakaat, maka dalam usia 60 tahun hanya mampu melaksanakan 367.200 rakaat. Betapa besar kemuliaan yang dijanjikan Allah pada lailatul qadar.

Pertanyaannya, kapan sebenarnya malam kemuliaan (lailatul qadar) itu? Dalam Alquran Allah bertanya, tahukah kamu apakah malam kemuliaan (lailatul qadar) itu? Allah menjawab pada ayat berikut (lailatul qodri khoirun min alfi sahr) Allah tampaknya sengaja merahasiakan kapan hari “H” lailatul qadar agar manusia berpikir. Karena kerahasiaan Allah itu sampai sekarang berkembang kontroversi atau polemik tentang malam seribu bulan.

Ada yang berpendapat, hari “H” sengaja dirahasiakan Allah agar umat Islam menghidupkan ramadan sejak awal hingga akhir. Andaikan para kiai dan ulama sepakat lailatul qadar pada malam 27 misalnya, mungkin umat Islam di dunia pilih beribadah habis-habisan pada malam itu saja. Malam-malam ramadan yang lain bisa diabaikan.

Ada juga yang menerjemahkan salamun hiya hatta mathlail fajr atau malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar. Tidak hanya sampai terbitnya matahari, tetapi panjang sampai hitungan yang tidak terbatas. Walhasil kontroversi itu semakin panjang untuk didiskusikan. Bahkan mungkin kalau dibahtsulmasailkan (membahas masalah masalah agama) tidak akan ada habis-habisnya.

Umat Islam yang meyakini lailatul qadar berada di malam likuran atau malam ganjil di atas tanggal 20 ramadan mungkin dilandasi oleh sebuah hadits yang artinya carilah lailatul qadar pada malam ganjil, sepertiga yang terakhir dari bulan ramadlan.

Jadi, tidak perlu disalahkan kalau kemudian para kiai, ulama dan mubalig di masjid dan mushala mengekploitasi hadits tersebut besar-besaran.

Dampaknya tentu pada malam likuran semangat beribadah terasa tertambah seperti mendapat energi baru di tengah tengah kelesuan menjalankan amalan-amalan di bulan ramadan.

Cara Menghitung

Untuk mengetahui kapan hari “H” lailatul qadar, Imam Asy-SyaĆ­roni memberi pedoman dengan melihat awal ramadan. Kalau awal ramadan jatuh pada Jumat atau Selasa, berarti lailatul qadar jatuh pada malam 29 ramadan.

Kalau awal ramadan jatuh pada Ahad atau Rabu maka lailatul qadar jatuh pada malam 27 ramadan.

Jika awal ramadan Kamis, maka lailatul qadar jatuh pada malam 25 ramadan. Kalau awalnya Sabtu jatuh pada malam 23 ramadan dan jika awal ramadan pada Senin maka jatuh pada malam 21 ramadan.

Imam Asy-SyaĆ­roni juga memberikan tanda-tanda, yaitu pada malam itu cuaca dalam keadaan terang benderang dan cerah, tidak ada hujan dan bintang di langit menampakkan sinarnya, angin semilir dan tidak panas.

Pagi harinya matahari terbit tidak langsung memancarkan sinar panas tetapi agak redup dan tidak mendung.

Pada prinsipnya, saya setuju kalau ada yang berpendapat malam kemuliaan itu sejak awal hingga akhir ramadan. Yang penting, gelora semangat untuk beribadah terpompa tidak hanya di bulan suci ramadan, akan tetapi juga 11bulan lain di luar bulan suci ramadlan.

Insya Allah kalau sejak awal ramadan kita membiasakan qiyamul lail, shalat tasbih, tahajud, hajat, tawarih dan lain-lain kita akan mendapat berkah lailatul qadar. Amin ya rabbal alamin.(77)

KHM Habib Lutfi, Ketua MUI Jateng. Kamis, 04 Oktober 2007 Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA

0 comments:

Post a Comment